ODSK Upayakan Pengelolaan Minyak Kelapa Berbanderol Rp7 Miliar

SULUT, Sulutexpress.com – Kendati harga pasar komiditi kopra masih lesuh di pasaran internasional hingga berimbas ke daerah-daerah, namun Pemprov Sulut di bawah pimpinan Gubernur Sulut Olly Dondokambey SE dan Wakil Gubernur Drs Steven OE Kandouw (OD-SK) tetap terus berupaya untuk membantu para petani kelapa.

Kadis Bunda Sulut Refly Ngantung

Terbukti mulai pekan depan OD-SK melalui Dinas Perkebunan Daerah (Disbunda) Sulut akan mulai menyalurkan program 24 paket pengelolaan minyak kelapa rumahan.

Menurut Kepala Disbunda Sulut Refly Ngantung paket yang terdiri dari alat pembuat minyak kelapa hingga bangunannya tersebut, akan segera disalurkan.

“Dijadwal pekan depan sudah mulai disalurkan,” ungkap Kadis Ngantung, Jumat (02/08).

 “Nantinya akan disalurkan di kabupaten kota yang merupakan sentra-sentra kelapa di Sulut,” tambah Kadis Ngantung.

Adapun secara keseluruhan 24 paket yang disalurkan terdiri alat pengelolaan minyak kepala hingga bangunan yang akan ditempati, dengan harga per paket Rp300-an juta.

“Total anggarannya secara keseluruhan sekitar Rp7 miliar,” ujar Kadis Ngantung.

Lanjutnya, alat tersebut dapat membantu petani memproduksi minyak kelapa, dengan sekali olah bisa menghasilkan 80 liter.

“Dalam sehari bisa diolah samlai 3 kali, jadi total sehari bisa memproduksi 240 liter minyak kelapa. Dan jika dikalikan dengan 24 unit alat pengolah, maka sehari maksimal bisa memproduksi 5.750 liter,” katanya lagi.

Terkait animo pasar, menurut Kadis Ngantung, cukup tinggi, meski harganya jauh di atas produk minyak sawit 

“Per liter minyak kelapa Rp 30.000,” pungkasnya.

Apalagi menurutnya, saat ini Disbunda Sulut bersama TP PKK Sulut sedang mengampanyekan konsumsi minyak kelapa

“Sekarang kita sosialisasi manfaat minyak kelapa. Ini produknya paling sehat, kandungan protein tinggi, dan anti oksidan,” ungkapnya.

Upaya pengembangan produk turunan kelapa selain kopra terus diupayakan, mengingat harga kopra yang sering jatuh berdampak ke ekonomi petani.

“Pemerintah inginkan jangan hanya kopra saja, banyak produk turunan, jangan hanya setengah jadi tapi produk jadi, biskuit kelapa misalnya bisa langsung makan,” sebut dia.

Kelapa itu kata Refly, Tree of Life atau pohon kehidupan, nenek moyanf tanam kelapa, tinggal bagaimana masyarakat memanfaatkannya sesuai perkembangan zaman.

Pemprov pun tetap melakukan peremajaan kelapa dengan bibit lebih unggul demi menjaga keberlangsungan pohon yang jadi lambang Sulut (Rosok).

 1,706 total views,  1 views today

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *