Ribuan Massa Sulut Hadang Fahri Hamzah di Bandara
Manado, sulutexpress.com-BANDARA Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara, sejak pagi sekitar pukul 09.00 Wita, dipadati ribuan warga berpakaian serba hitam.
Kehadiran warga mengaku dari berbagai organisasi kemasyarakatan Minahasa itu bertujuan menolak kunjungan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah ke Kota Manado, Sabtu (13/5).
Setelah pesawat Garuda yang ditumpangi Fahri diketahui mendarat di Bandara Sam Ratulangi, massa tampak semakin beringas ingin menembus barikade petugas kepolisian yang ketat bersiaga.
Aksi dorong pun tidak terelakan di pintu masuk VVIP Bandara Sam Ratulangi.
Massa melakukan pagar betis menanti Fahri Hamzah ke luar ruang VVIP.
Pagar penghalang ruang VVIP ambruk akibat dorongan massa.
Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, sempat ke luar ruang VVIP Bandara, berorasi dengan maksud menenangkan massa.
Namun, massa tampak tidak menghiraukan ajakan gubernur, bahkan lebih beringas tak mengizinkan kehadiran Fahri.
“Sulawesi Utara sangat menjunjung tinggi toleransi antarumat beragama. Jangan sampai kedatangan Fahri Hamzah mengganggu ketenteraman warga Sulut yang hidup dalam bingkai Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” seru Olden Kansil saat berorasi.
Pemerintah dan aparat keamanan akhirnya punya strategi jitu untuk mengeluarkan Fahri dari kepungan massa di Bandara Sam Ratulangi.
Secara diam-diam, Wakil Ketua DPR itu diarahkan ke luar dengan mobil yang tak mencurigakan melewati runway pesawatm pintu keluar samping kiri.
Hanya sekitar 20 menit sudah berada di Kantor Gubernur Sulut yang jaraknya sekitar 25 km dari bandara.
Tepat pukul 14:00 Wita, Fahri yang juga Presiden Kesatuan Mahasiswa Islam Indonesia berdialog dengan tokoh agama didampingi Gubernur Olly Dondokambey.
“Sulut laboratorium kerukunan yang harus kita jaga terus di era kehidupan berbangsa saat ini. Tugas kita untuk berkomunikasi secara langsung agar tidak ada informasi yang tersumbat. Indonesia harus kita jaga, kita harus buka saluran komunikasi,” kata Olly pada acara tersebut.
Sementara itu, Fahri mengatakan perjuangan bangsa Indonesia merdeka tidak lepas dari peran tokoh Sulut, yakni AA Maramis, sehingga mayarakat Sulut, dapat memiliki NKRI.
“Saya menganggap agama tak perlu dipersoalkan, sudah selesai, tidak bisa diintervensi. Strukturnya terlalu privat, karena itu politisasi selalu gagal. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia harus dihormati tak bisa diutak atik,” ujarnya.
Fahri mengatakan, demokrasi mengubah dari masyarakat tertutup ke masyarakat terbuka. Bukan tambah banyak, tapi terbuka. Salah berbicara bisa terkena bully.
“Saya tidak suka orang mendramatisasi, korupsi di Indonesia merajalela. Ini sudah sistem terbuka. Institusi penegak hukum harus diperkuat,” katanya.
Menanggapi sambutan massa, menurut Fahri, itu merupakan hal yang biasa.
“Mereka itu ingin berkomunikasi dengan saya, tapi nanti lah sewaktu-waktu kita bisa berkomunikasi di warung kopi,” ujarnya.
Sementara sejumlah massa yang mengetahui Fahri berada di Kantor Gubernur Sulut, menggelar aksi demonstrasi di luar pintu masuk, dan sempat bentrok dengan petugas.
Mobil water canon kepolisian pun dikerahkan untuk membubarkan aksi massa yang menunggu Fahri di luar halaman kantor gubernur.
Di lokasi ini massa juga berhasil dikelabui. Fahri yang didampingi Gubernur Olly Dondokambey ke luar pintu samping kanan kantor menumpang mobil patroli polisi jalan raya ke Bandara Sam Ratulangi untuk kembali ke Jakarta. (Acel/tim)
1,036 total views, 2 views today